Jumat, 11 Januari 2013

KARL MARX


A.    Biografi
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Jerman, 5 Mei 1818 meninggal di London 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun adalah seorang filsuf pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Ayahnya, seorang pengacara, menafkahi keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari keluarga pendeta Yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat di Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru-guru muda penganut filsafat  Hegel, tetapi berpikiran kritis. Gelar doktor Marx didapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh pemerintah. Esai-esai awal yang diterbitkan dalam periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian yang membimbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menilak keabstrakan filsafat Hegelian, mimpi naif komunis utopian dan gagasan aktivis yang mendesakkan apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan Jerman untuk mendapatkan suasana yang lebih liberal di Paris. Di Paris ia terus bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru sosialisme Perancis dan ekonomi politik Inggris. Dengan cara yang unik ia menggabungkan Hegelianisme, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentukan orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolaboratornya yakni Fredrich Engels (Carver, 1983).
Engels anak pengusaha pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisi kehidupan yang dihadapi kelas buruh. Banyak diantara rasa kasihan Marx terhadap kesengsaraan  kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata, “Kesepakatan lengkap kami dalam semua bidang teori menjadi nyata dan perjanjian kerjasama kami mulai sejak itu” (McLellan, 1993:131). Di tahun berikutnya menerbitkan karya The Condition of The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sukar dipahami (kebanyakan belum diterbitkan semasa hidupnya) termasuk The economic and Philosophic Manuscripts of 1844 yang menandakan  perhatiannya terhadap bidang ekonomi makin meningkat.

Meski Marx dan Engels mempunyai orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan diantara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritisis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarganya. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga.  Meski mereka berbeda Marx dan Engels menempa kerjasama yang akrab sehingga mereka berkolaborasi dalam menulis buku dan artikel dan bekerjasama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan Marx mencurahkan perhatian pada kegiatan intelektual dan politiknya.

Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk karya Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama teori Marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyederhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx.

Karena beberapa tulisannya telah mengganggu pemerintah Prusia, pemerintah Perancis (atas permohonan Prusia) mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikalismenya meningkat dan ia menjadi anggota aktif gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan Liga Komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu. Hasilnya adalah Manifesto Komunis 1848, sebuah karya besar yang ditandai oleh slogan-slogan politik yang termasyhur (misalnya, “Kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!”).

Tahun 1894 ia pindah ke London dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralih ke kegiatan riset yang lebih rinci tentang peran sistem kapitalis. Studi ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das Kapital. Jilid pertama diterbitkan tahun 1867; kedua jilid lainnya diterbitkan sesudah ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan “The International”, sebuah gerakan buruh internasional. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pemimpin internasional maupun sebagai penulis das Kapital. Perpecahan gerakan Internasional tahun 1876, kegagalan berbagai gerakan revolusioner dan penyakit-penyakit, akhirnya membuat Mark ambruk. Istrinya wafat tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.

B.     Teori – Teori Karl Marx
Karl Marx dan Materialisme Historis - Dialektika
            Bagi Marx, sturktur sosial tidak tercipta secara acak. Ia berpendapat pola yang cukup pasti dalam hal cara masyarakat di berbagai tempat di dunia, pada berbagai masa dalam sejarah, mengorganisasi produksi benda-benda material. Teori tentang sejarah dan masyarakat ini disebut materialisme historis. Untuk tujuan pembahasan bab ini, kita dapat mengidentifikasi unsur-unsur berikut.

            Pertama, semua masyarakat yang ada kini atau ada sejak dahulu hingga kini menunjukkan salah satu dari lima cara mengorganisir produksi. Cara-cara memproduksi ini disebut Marx sebagai mode produksi. Kelima mode (secara urut) adalah komunis primitif, kuno, feodal, kapitalis, dan komunis.

            Kedua, terpisah dari mode produksi pertama dan terakhir—yakni mode komunis primitif dan komunis—setiap mode memiliki satu kesamaan ciri khas, yakni produksi benda material itu berbasis kelas. Meskipun istilah “kelas” memiliki kegunaan yang berbeda di mana saja dalam sosiologi (dan dalam segala macam penggunaan dalam pembicaraannya) penggunaan Marxis cukup spesifik. Menurut Marx, pada semua masyarakat non-komunis—pada mode kuno, feodal dan kapitalis—hanya ada dua kelas yang penting. Ada kelas yang memiliki sarana produksi—ini menjadi harta kekayaan mereka.

            Dalam sistem produksi yang berbasis kelas, barang-barang yang diproduksi dengan cara yang cukup pasti. Mayoritas orang yang tidak memiliki sarana produksi, melakukan pekerjaan produktif untuk kepentingan pihak minoritas yang memiliki sarana produksi. Dalam teori marxis, ini adalah ciri kunci masyarakat non-komunis setiap masa dalam sejarah. Prodiksi barang material (aktivitas manusia yang paling penting), selalu terjadi dengan melakukan eksploitasi tenaga kerja mayoritas, yakni kelas yang tidak memiliki sarana produksi oleh kelas minoritas, yang memiliki sarana produksi dan tidak mengerjakan sendiri. Jadi, hubungan antar kelas adalah hubungan konflik.

            Tidak ada kelas pada mode komunis, baik komunis primitif maupun komunis. Pada masyarakat komunis primitif, masyarakat tidak memproduksi surplus. Ini biasanya karena lingkungan yang tidak bersahabat, atau karena kekurangan teknologi know-how, atau kombinasi keduanya. Karena warga masyarakat hanya mungkin memproduksi kebutuhan secukup hidup, setiap orang harus bekerja. Tidak ada kekayaan surplus, karena itu tidak memungkinkan munculnya kelas untuk mengeksploitasi orang lain. Pada mode komunis tidak ada kelas karena kekayaan pribadi dihapuskan—orang tidak bisa memiliki sendiri sarana produksi. Karena pada mode produksi berbasis kelas barang-barang dihasilkan dalam cara eksploitatif ini, dalam tulisan-tulisan Marxis pemilik sarana produksi biasanya disebut kelas dominan, sedangkan kelas yang memiliki, namun dieksploitasi untuk melakukan pekerjaan produktif, disebut kelas subordinat.

            Menurut Marx, semua mode non-komunis mempunyai kesamaan produksi barang-barang dengan menerapkan dominasi dan eksploitasi suatu kelas terhadap kelas yang lain. Yang membedakan dalam setiap kasus adalah siapa anggota kelas tersebut. Setiap mode produksi non-komunis memiliki kelas dominan, yang memiliki kekayaan, yang berbeda; demikian pula kelas subordinat, yang dieksploitasi, yang tidak memiliki kekayaan, yang berbeda pula. Selanjutnya, setiap mode tumbuh untuk menyebabkan kematian mode yang lain.

Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
  1. masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.
  2. Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.
  3. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.
  4. Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
  1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
  2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Alienasi
Alienasi berkaitan dengan pemilikan pribadi, penguasaan, pemisahan antara pekerja, modal dan tanah, pertukaran dan persaingan, nilai dan merosotnya nilai dan harkat manusia, monopoli dan kompetisi serta sistem uang. Pada kenyataannya, ekonomi kontemporer menampakkan pekerja menjadi semakin miskin di tengah kemakmuran yang ia produksi dan peningkatan kekuasaan dan perluasan produksi.

Karl Marx membagi tiga jenis alienasi, yaitu pertama, alienasi pekerja dari objeknya. Alienasi ini berkaitan dengan hubungan langsung antara pekerja dengan produk yang dihasilkannya. Pada kenyataannya, pekerja ternyata tidak mampu memiliki barang yang diproduksinya sendiri atau dengan kata lain seorang pekerja dengan alasan tertentu tidak memiliki akses yang cukup untuk melakukannya. Hubungan antara pekerja dengan objek atau produknya dengan demikian menggambarkan hubungan pekerja dengan objek yang ia produksi itu sendiri. Hubungan antara pemilik sarana produksi dengan objek produksi dan produksi itu sendiri hanya merupakan konsekuensi dari hubungan pekerja dengan objeknya ini.

Kedua, alienasi keperibadian, yakni alienasi yang tidak hanya berkait dengan hasil produksi melainkan lebih berkaitan dengan proses produksi di dalam aktifitas produksi itu sendiri. Hal ini terjadi berkaitan dengan munculnya kenyataan bahwa pekerjaan itu menjadi sesuatu yang eksternal dari pekerja itu sendiri. Pekerjaan yang dilakukannya bukan bagian dari jiwanya. Konsekuensi yang muncul kemudian pekerja tidak lagi bekerja secara bebas tetapi dengan keterpaksaan. Ia tidak menjadi dirinya sendiri karena kerja yang dilakukannya diperuntukkan bagi orang lain bukan untuk dirinya sendiri. Oleh sebab itulah konsepsi kerja daalam model seperti ini tidak dapat dikatakan dengan kerja produktif melainkan lebih kepada eksploitasi fisik dan mental manusia untuk memenuhi tuntutan-tuntutan perluasan produksi massal.

Ketiga, alienasi tenaga kerja. Marx memandang bahwa manusia adalah makhluk yang memperlakukan dirinya sebagai makhluk hidup yang bersifat universal dan memiliki kehendak bebas yang kuat. Konsepsi kerja dalam sistem kapitalisme telah mengubah hakikat manusia yang demikian ini menjadi manusia pekerja tanpa eksistensi antrologisnya. Alienasi pekerja dengan demikian merupakan alienasi alam dari manusia sekaligus alienasi manusia dari dirinya sendiri. Alienasi tenaga kerja menunjukkan hubungan bahwa manusia yang sebenarnya memiliki kesadaran rasional justru menjadikan aktifitas hidupnya hanya semata-mata sebagai alat kehidupan atau produktivitas sistem ekonomi yang berlaku yaitu kapitalisme. Konsekuensinya adalah manusia kemudian saling mengalienasi diri, terjebak dalam paham individualistik yang parah, dan hanya mengembangkan kemampuan akalnya untuk sekedar bertahan hidup dengan berkompetisi satu sama lain tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka memiliki kesadaran kolektif untuk membentuk kehidupan yang lebih manusiawi.

Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat tanpa kelas sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis itu sendiri. Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga tidak akan tercipta kemandegan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin masyarakat tanpa kelas akan terwujud? Bukankah dalam proses bermasyarakat tetap harus ada pembagian kerja? Teori masyarakat tanpa kelas Marx memang semacam utopisme yang penuh paradoks dalam teori-teorinya. Pandangan Marx tentang sejarah yang saintifik telah mereduksi kemanusian. Mansia hanya menjadi korban dari barang-barang produksi dan tidak lagi memiliki independensi.


DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Klasik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Agger, Ben. 2008. Teori Sosial Kritis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Jones, Pip; alih bahasa Achmad Fedyani Saifuddin. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial-Dari Teori Fungsionalisme hingga Post-modernisme.. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar