Remaja Jepang
Bunuh Diri Setelah Disiksa Pelatihnya
Rabu, 9 Januari 2013
Tokyo
(AFP/ANTARA) Siswa sekolah menengah Jepang bunuh diri
setelah menderita siksaan berulang-ulang yang dilakukan pelatih
basketnya, kata pihak yang berwenang pada Selasa.
Siswa berusia 17 tahun itu ditemukan
tergantung di kamarnya dua hari sebelum Natal, dengan meninggalkan pesan
kematian yang mengatakan bahwa dia menghabisi nyawanya sendiri setelah dipukuli
oleh seorang pelatih yang tidak disebutkan namanya, menurut pihak pendidikan
yang berwenang di Osaka bagian barat.
Pelatih berusia 47 tahun itu mengaku telah
memukul siswa tersebut dan meminta maaf kepada keluarga korban atas
kematiannya, menurut laporan media setempat, ditambahkan juga bahwa polisi
sedang mengintrogasi pelatih itu.
Jepang, dengan populasi sekitar 128 juta,
dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia ini, sebanyak 30.000 kasus bunuh
diri setiap tahunnya, dengan banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja, masalah
keluarga, dan masalah kesehatan diindikasikan sebagai faktor utama dibalik
banyaknya kasus bunuh diri.
Kasus seorang anak laki-laki berusia 13
tahun yang bunuh diri dengan terjun dari gedung apartemen pada 2011
memperoleh perhatian warga negara setelah hasil penyelidikan atas siswa tersebut
terungkap bahwa dia menjadi sasaran serangkaian siksaan yang
dilakukan oleh para penganiaya. (mr/mp)
Sumber: http://id.berita.yahoo.com/remaja-jepang-bunuh-diri-setelah-disiksa-pelatihnya-142612682.html
Analisa kasus:
Durkheim
sangat terkenal dengan studinya tentang kecenderungan orang untuk melakukan
bunuh diri. Dalam bukunya yang kedua, ‘Suicide’ dikemukakannya dengan jelas,
hubungan antara pengaruh integrasi sosial terhadap kecenderungan unutk
melakukan bunuh diri. Dalam hal ini Durkheim dengan tegas menolak
anggapan-anggapan lama tentang penyebab bunuh diri yang disebabkan oleh
penyakit kejiiwaan sebagaimana teori psikologi mengatakannya.
Dia
juga menolak anggapan Gabriel Tarde, seorang sarjana Perancis yang mengatakan
bahawa bunuh diri adalah akibat imitasi. Dia juga menolak teori ras tentang
kecenderungan orang melakukan bunuh diri, dan ia juga menolak teori yang
menyatakan bahwa orang bunuh diri karena kemiskinan. Selanjutnya Durkheim menambahkan bahwa jika diselidiki,
sebenarnya ada pola yang lebih teratur daripada sebab-sebab serta penjelasan
yang diberikan oleh teori terdahulu mengenai bunuh diri. Menurut Durkheim
peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial
tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan
menghubungkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari
suatu kehidupan masyarakat.
Durkeim,
Suiced ( Bunuh Diri), dia membagi bunuh diri menjadi empat macam:
1. Altruistik
(Dimana kasus bunuh diri terjadi demi kepentingan kelompok seperti, seorang
pahlawan perang).
2. Egoistik
(karena adanya kekurangan dalam
organisasi sosial dan berupaya untuk menjauhkan diri dari kelompok itu).
3. Anomik,dimana
penyesuaian masyarakat terganggu oleh perubahan sosial yang negative.
4. Fatalistic,
bunuh diri karena perbudakan. Tidak
terlalu banyak dibahas oleh Durkheim.
Dari
peristiwa berita di atas, tergolong pada tipe bunuh diri egoistik. Karena dapat
dilihat bahwa dia melakukan aksi bunuh diri karena tertekan akibat proses
pemukulan oleh guru olahraganya. Bunuh diri terhadap anak remaja sangat
disayangkan terjadi, karena remaja adalah agent of change dan sangat berguna
bagi kehidupan di masa depan. Oleh karena itu, dibutuhkan kontrol sosial
(pengendalian sosial) yang baik untuk mengawasi dan mengendalikan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan manusia terutama remaja. Peran orang tua
dan lingkungan juga sangat penting dalam pengendalian ini. Agar tidak adalagi
jatuh korban hanya karena bunuh diri dan perasaan tertekan yang sesaat.
0 komentar:
Posting Komentar