A.
Profil
Max Weber
Max
Weber lahir di Erfurt, Thuringia tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin di
mana keluarganya pindah ketika dia berumur lima tahun. Keluarganya adalah orang
protestan kelas menengah-atas, sangat
termakan oleh kebudayaan Borjuis. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfurt dan
ketika keluarganya pindah ke Berlin, beliau menjadi seorang penasihat di
pemerintahan kota dan kemudian menjadi anggota Prussian House of Deputies dan
German Raichstag. Dia terlibat dalam partai liberal nasional; dia sering
bergaul dengan kaum intelektual dan politisi di Berlin. Ayah Weber nampaknya
senang dengan kompromi politik dan kesenangan borjuis.
Ibu
Weber, Helena Fallenstein Weber, memiliki watak yang sangat berbeda keyakinan
agama serta perasaan shaleh calfinis jauh lebih besar daripada suaminya.
Ketegangan keluarga muncul dari perkawinan antara seorang ibu yang sangat
shaleh dan penuh tanggung jawab dengan seorang poltisi yang suka
bersenang-senang dan mudah kompromi,yang mengendalikan keluarganya dengan
tangan besi, malah sampai menganiaya istrinya. Latar belakang ini,merupakan
satu elemen dalam konflik batin yang menderita Weber selama hampir seluruh
kehidupan dewasanya.
Ketika
masih kecil, Weber adalah seorang pemalu dan sering sakit tetapi dia sangat
genius. Dia membaca dan menulis sesuatu
secara ilmiah ketika dia masih remaja. Dia memberontak terhadap otoritas
guru-gurunya, berpendapat bahwa sekolah yang rutin itu membosankan dan
intelektual teman sebayanya sangat tidak karuan. Pada usia 18 tahun, Weber
mulai mempelajari hukum di Univeritas
Heidleberg. Pada waktu itu dia terlihat memiliki identifikasi yang kuat
terhadap ayahnya.
Selama
studinya di Heidleberg, ia menjalin hubangan erat dengan paman dan bibinya. Ibu
dan keluarga Baunggarten (pamannya) memberikan prioritas kepada ideal-ideal
etika protestanisme. Akhirnya Weber menolak sikap ayahnya yang bersifat amoral,
prioritas kepada kepentingan politik dan ekonomi sehingga Weber mengarahkan
perilakunya sesuai dengan ibunya.
Pada tahun
1884, Max Weber meninggalkan Heilderberg untuk balik ke Berlin menjalani wajib
militer dan setelah sekitar delapan tahun dia kuliah di Universitas Berlin
untuk mendapatkan gelar doktor. Setelah lulus, dia mendapatkan karir menjadi
pengacara dan pengajar, yang berminat pada persoalan ekonomi, sejarah, dan
sosiologi.
Pada tahun
1896 Max Weber menjadi Profesor ekonomi di Heilderberg. Namun, ketika karirnya sedang berkembang pada
tahun 1897 ayahnya meninggal sehingga selama enam atau tujuh tahun Weber
mengalami penurunan mental yang berpengaruh pada fisik dan dia sering tidak bekerja.
Selang kemudian pada tahun 1903 dia mulai kuliah perdananya di Amerika Serikat.
Dalam kurun waktu enam tahun setengah dia kembali aktif dalam kehidupan
akademik dibuktikan dengan karya-karyanya. Pada tahun 1904 dan 1905 dia
menerbitkan karya terkenalnya, The
Protestant Ethic And The Spirit Of Capitalism. Karya ini tentang
kesalehan ibunya yang diwarisinya dalam tingkat akademik. Ketika dia
meninggal (14 juni 1920) dia tengah mengerjakan karya terpentingnya, Economy And Society, meskipun belum
sempat selesai tapi buku ini sudah diterjemahkan kedalam banyak bahasa. Selain
Weber banyak menerbitkan karya-karyanya dia juga membantu aktivis lain untuk
mendirikan Masyarakat Sosiologi Jerman
pada tahun 1910.
B.
Teori-teori
Max Weber
Pemikiran
Weber yang paling terkenal mencerminkan suatu tradisi idealis yaitu tekanannya
pada verstehen (pemahaman subyektif)
guna memperoleh pemahaman yang valid menyangkut makna-makna subyektif tindakan
sosial. Pemikiran ini bukan berarti sekedar bisa dimaknai sebagai introspeksi
diri, melainkan suatu empati, yaitu suatu kemampuan untuk menempatkan diri
dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi
serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif tersebut.
Weber
mengembangkan tipe ideal sebagai suatu cara untuk memungkinkan perbandingan dan
generalisasi empirik. Weber mengemukakan bahwa suatu tipe ideal dibentuk dengan
suatu penekananan yang berat sebelah mengenai satu pokok pandangan atau lebih,
atau dengan sintesa dari gejala-gejala individual konkrit, yang sangat
tersebar, memiliki sifatnya sendiri-sendiri, yang kurang lebih ada dan
kadang-kadang tidak ada, yang diatur menurut titik pandangan yang diberi
tekanan secara berat sebelah ke dalam suatu konstruk analitis yang terpadu.
Max Weber
mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian Sosiologi,
yaitu :
1.
Tindakan manusia yang menurut si pelaku mengandung
makna yang subyektif dan ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2.
Tindakan nyata dan bersifat membatin sepenuhnya serta bersifat
subyektif
3.
Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu
situasi, tindakan yang sengaja diulang dalam bentuk persetujuan secara
diam-diam
4.
Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada
beberapa individu
5.
Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan
terarah kepada orang itu.
Tipe-Tipe Tindakan Sosial
Bagi Weber konsep
rasionalitas mwerupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti
subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial
yang berbeda. Rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan
suatu kerangka acuan bersama secara luas di mana aspek-aspek subyektif perilaku dapat dinilai secara obyektif. Rasionalitas
merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai
tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara
tindakan rasional dan non-rasional.
1.
Rasionalitas instrumental
Tingkat
rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang
sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan
untuk mencapainya. Weber menjelaskan:
“Tindakan
diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang
memiliki sifat-sifatnya sendiri-sendiri apabila tujuan itu alat dan
akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara
rasional hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk
mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan
hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya
pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara
relatif”.
2.
Rasionalitas yang berorientasi nilai
Dibanding dengan rasionalitas
instrumental sifat rasionalitas ini yang penting adalah bahwa alat-alat hanya
merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar. Tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya
dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Nilai-nilai akhir bersifat
non-rasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara
obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih.
3.
Tindakan tradisional
Tindakan tradisional merupakan tipe
tindakan sosial yang bersifat non-rasional. Seseorang individu memperlihatkan
perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku
seperti ini digolongkan perilaku tradisional. Apabila kelompok atau seluruh
masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka
didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama sebagai acuan yang
diterima begitu saja tanpa persoalan.
4.
Tindakan afektif
Tipe tindakan ini
ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refeleksi intelektual atau
perencanaan yang sadar. Tindakan seseorang yang sedang mengalami suatu perasaan
dan diungkapkan tanpa refleksi berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.
Tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis,
ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar