Jumat, 11 Januari 2013

MAX WEBER


A.      Profil Max Weber
Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin di mana keluarganya pindah ketika dia berumur lima tahun. Keluarganya adalah orang protestan  kelas menengah-atas, sangat termakan oleh kebudayaan Borjuis. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfurt dan ketika keluarganya pindah ke Berlin, beliau menjadi seorang penasihat di pemerintahan kota dan kemudian menjadi anggota Prussian House of Deputies dan German Raichstag. Dia terlibat dalam partai liberal nasional; dia sering bergaul dengan kaum intelektual dan politisi di Berlin. Ayah Weber nampaknya senang dengan kompromi politik dan kesenangan borjuis.

Ibu Weber, Helena Fallenstein Weber, memiliki watak yang sangat berbeda keyakinan agama serta perasaan shaleh calfinis jauh lebih besar daripada suaminya. Ketegangan keluarga muncul dari perkawinan antara seorang ibu yang sangat shaleh dan penuh tanggung jawab dengan seorang poltisi yang suka bersenang-senang dan mudah kompromi,yang mengendalikan keluarganya dengan tangan besi, malah sampai menganiaya istrinya. Latar belakang ini,merupakan satu elemen dalam konflik batin yang menderita Weber selama hampir seluruh kehidupan dewasanya.

Ketika masih kecil, Weber adalah seorang pemalu dan sering sakit tetapi dia sangat genius. Dia membaca dan menulis sesuatu  secara ilmiah ketika dia masih remaja. Dia memberontak terhadap otoritas guru-gurunya, berpendapat bahwa sekolah yang rutin itu membosankan dan intelektual teman sebayanya sangat tidak karuan. Pada usia 18 tahun, Weber mulai mempelajari  hukum di Univeritas Heidleberg. Pada waktu itu dia terlihat memiliki identifikasi yang kuat terhadap ayahnya.

Selama studinya di Heidleberg, ia menjalin hubangan erat dengan paman dan bibinya. Ibu dan keluarga Baunggarten (pamannya) memberikan prioritas kepada ideal-ideal etika protestanisme. Akhirnya Weber menolak sikap ayahnya yang bersifat amoral, prioritas kepada kepentingan politik dan ekonomi sehingga Weber mengarahkan perilakunya sesuai dengan ibunya.

Pada tahun 1884, Max Weber meninggalkan Heilderberg untuk balik ke Berlin menjalani wajib militer dan setelah sekitar delapan tahun dia kuliah di Universitas Berlin untuk mendapatkan gelar doktor. Setelah lulus, dia mendapatkan karir menjadi pengacara dan pengajar, yang berminat pada persoalan ekonomi, sejarah, dan sosiologi.

Pada tahun 1896 Max Weber menjadi Profesor ekonomi di Heilderberg.  Namun, ketika karirnya sedang berkembang pada tahun 1897 ayahnya meninggal sehingga selama enam atau tujuh tahun Weber mengalami penurunan mental yang berpengaruh pada fisik dan dia sering tidak bekerja. Selang kemudian pada tahun 1903 dia mulai kuliah perdananya di Amerika Serikat. Dalam kurun waktu enam tahun setengah dia kembali aktif dalam kehidupan akademik dibuktikan dengan karya-karyanya. Pada tahun 1904 dan 1905 dia menerbitkan karya terkenalnya, The Protestant Ethic And The Spirit Of Capitalism. Karya ini tentang  kesalehan ibunya yang diwarisinya dalam tingkat akademik. Ketika dia meninggal (14 juni 1920) dia tengah mengerjakan karya terpentingnya, Economy And Society, meskipun belum sempat selesai tapi buku ini sudah diterjemahkan kedalam banyak bahasa. Selain Weber banyak menerbitkan karya-karyanya dia juga membantu aktivis lain untuk mendirikan Masyarakat Sosiologi Jerman pada tahun 1910.

B.       Teori-teori Max Weber
Pemikiran Weber yang paling terkenal mencerminkan suatu tradisi idealis yaitu tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) guna memperoleh pemahaman yang valid menyangkut makna-makna subyektif tindakan sosial. Pemikiran ini bukan berarti sekedar bisa dimaknai sebagai introspeksi diri, melainkan suatu empati, yaitu suatu kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif tersebut.
Weber mengembangkan tipe ideal sebagai suatu cara untuk memungkinkan perbandingan dan generalisasi empirik. Weber mengemukakan bahwa suatu tipe ideal dibentuk dengan suatu penekananan yang berat sebelah mengenai satu pokok pandangan atau lebih, atau dengan sintesa dari gejala-gejala individual konkrit, yang sangat tersebar, memiliki sifatnya sendiri-sendiri, yang kurang lebih ada dan kadang-kadang tidak ada, yang diatur menurut titik pandangan yang diberi tekanan secara berat sebelah ke dalam suatu konstruk analitis yang terpadu.


Max Weber mengemukakan lima ciri pokok  yang menjadi sasaran penelitian Sosiologi, yaitu :
1.         Tindakan manusia yang menurut si pelaku mengandung makna yang subyektif dan ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2.         Tindakan nyata dan bersifat membatin sepenuhnya serta bersifat subyektif
3.         Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang dalam bentuk persetujuan secara diam-diam
4.         Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu
5.         Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang itu.

Tipe-Tipe Tindakan Sosial
Bagi Weber konsep rasionalitas mwerupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda. Rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas di mana aspek-aspek subyektif perilaku  dapat dinilai secara obyektif. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan non-rasional.

1.         Rasionalitas instrumental
Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Weber menjelaskan:
“Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri-sendiri apabila tujuan itu alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif”.


2.         Rasionalitas yang berorientasi nilai
Dibanding dengan rasionalitas instrumental sifat rasionalitas ini yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar.  Tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Nilai-nilai akhir bersifat non-rasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih.

3.         Tindakan tradisional
Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non-rasional. Seseorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku seperti ini digolongkan perilaku tradisional. Apabila kelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama sebagai acuan yang diterima begitu saja tanpa persoalan.

4.         Tindakan afektif
Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refeleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan seseorang yang sedang mengalami suatu perasaan dan diungkapkan tanpa refleksi berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar